Semua orang pasti sangat senang apabila melakukan sedekah. Dan ternyata di dalam islam terdapat satu amalan yang dapat menggantikan amalan sedekah tersebut. Amalan tersebut adalah shalat dhuha. Berikut adalah penjelasannya Doa Sholat Dhuha selengkapnya.
Daftar Isi
Penjelasan & Waktu Doa Sholat Dhuha
Sholat Dhuha masuk ke dalam kategori sholat sunnah yang berkaitan dengan waktu. Sebab pada saat kalian hendak mengerjakan sholat sunnah Dhuha ini hanya dapat dilakukan di waktu pagi hari saja.
Shalat Sunnah Dhuha ini dapat kalian lakukan selepas sholat Subuh.
Seperti yang kita ketahui, bahwasannya sholat subuh dilakukan ketika matahari belum terbit atau sebelum fajar datang. Sementara untuk sholat Dhuha dilakukan selepas fajar atau terbitnya matahari hingga datangnya waktu sholat dhuhur.
Sholat sunnah dhuha merupakan salah satu ibadah sholat sunnah yang amat dianjurkan oleh Rasulullah. Dimana sangat dianjurkan untuk dikerjakan pada waktu dhuha.
Waktu Dhuha sendiri merupakan waktu dimana matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta mulai dari waktu terbitnya matahari (sekitar pada pukul 07:00 pagi) hinga waktu dhuhur (Sekitar pada pukul 12:00 siang).
1. Waktu Pelaksanaan
Shalat Dhuha dapat dilakukan mulai dari waktu matahari meninggi sampai mendekati waktu zawal (matahari bergeser ke arah barat).
Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) menerangkan jika waktu awal shalat Dhuha ialah sekitar 15 menit selepas matahari terbit.
Sementara Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menerangkan jika waktu pelaksanaanya yaitu mulai dari matahari setinggi tombak –jika dilihat dengan pandangan mata, sampai mendekati waktu zawal.
Kemudian beliau juga menerangkan jika waktunya dimulai sekitar 20 menit selepas matahari terbit, sampai 10 atau 5 menit sebelum waktu matahari bergeser ke arah barat.
Sehingga, silakan kalian sesuaikan dengan terbitnya matahari di tiap – tiap daerah sebab kami tak dapat memberikan informasi jam yang pasti kapan shalat Dhuha itu dimulai dan juga berakhir.
Serta setiap hari waktu terbit matahari juga akan berbeda.
Sementara untuk waktu utama mengerjakan shalat Dhuha yaitu di akhir waktu, yang mana kondisi semakin panas. Adapun dalilnya, yaitu:
أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى فَقَالَ أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ فِى غَيْرِ هَذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ. إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ ».
Artinya:
An Nawawi juga menyebutkan, “Inilah waktu utama yang dapat kalian gunakan untuk melaksanakan shalat Dhuha. Begitu juga ulama Syafi’iyah yang menyebutkan jika ini merupakan waktu terbaik untuk melaksanakan shalat Dhuha. Meskipun dapat juga dikerjakan pada saat matahari terbit sampai waktu zawal.”
2. Shalat Isyraq
Shalat Isyraq merupakan Shalat Dhuha yang dikerjakan di awal waktu.
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda:
صلَّى الغداةَ في جماعةٍ ثم قعد يذكرُ اللهَ حتى تطلعَ الشمسُ ثم صلَّى ركعتيْنِ كانت لهُ كأجرِ حجَّةٍ وعمرةٍ . قال : قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ : تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ
Artinya:
Dalam hadits tersebut ditujukan bahwa shalat dua rakaat pada saat matahari terbit. Yang juga sering disebut dengan shalat isyraq.
Shalat isyraq satu ini merupakan shalat dhuha yang dikerjakan di awal waktu. Dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah (27/220-221) dituturkan:
بتتبُّع ظاهر أقوال الفقهاء والمحدِّثين يتبيَّن: أنَّ صلاة الضحى وصلاة الإشراق واحدةٌ؛ إذ كلهم ذكروا وقتَها من بعد الطلوع إلى الزوال ولم يُفصِّلوا بينهما
Artinya:
Sehingga shalat dhuha yang dikerjakan pada awal waktunya disebut sebagai shalat isyraq.
Hukum Sholat Dhuha
Ulama empat madzhab sepakat jika pelaksanaan dari shalat dhuha hukumnya adalah sunnah. Diantara dalilnya terdapat hadits dari Abu Dzar radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
Artinya:
Dari Buraidah Al Aslami radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga berkata:
في الإنسانِ ثلاثُ مِئةٍ وسِتُّونَ مَفصِلًا؛ فعليه أن يتصدَّقَ عن كلِّ مَفصِلٍ منه بصدَقةٍ، قالوا: ومَن يُطِيقُ ذلك يا نبيَّ اللهِ ؟ قال: النُّخَاعةُ في المسجِدِ تدفِنُها، والشَّيءُ تُنحِّيهِ عن الطَّريقِ، فإنْ لم تجِدْ فركعَتا الضُّحَى تُجزِئُكَ
Artinya:
Ada pula hadits dari Abud Darda’ radhiallahu’anhu, beliau menyebutkan:
أَوْصاني حبيبي بثلاثٍ لنْ أَدَعهنَّ ما عشتُ: بصيامِ ثلاثةِ أيَّامٍ من كلِّ شهرٍ، وصلاةِ الضُّحى، وأنْ لا أنامَ حتى أُوتِرَ
Artinya:
Ada pula hadis mirip yang juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu’anhu, yang berbunyi:
أَوْصاني خليلي صلَّى اللهُ عليه وسلَّم بثلاثٍ: صيامِ ثلاثةِ أيَّامٍ من كلِّ شهرٍ، وركعتي الضُّحى، وأنْ أُوتِرَ قبل أن أرقُدَ
Artinya:
Menurut pendapat yang terkuat, hukum dari shalat Dhuha merupakan sunnah secara mutlak serta boleh untuk dirutinkan.
Asy Syaukani menyebutkan, “Hadits – hadits yang menerangkan dianjurkannya pengerjaan shalat Dhuha sangatlah banyak serta tak mungkin untuk mencacati satu dengan yang lainnya.”
Sementara untuk dalil jika shalat Dhuha boleh untuk dirutinkan merupakan sabda dari Nabi SAW dari ‘Aisyah, yang berbunyi:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
Artinya:
Keutamaan Sholat Dhuha
Berikut ini adalah beberapa keutamaan dari sholat dhuha, antara lain:
- Pahalanya seperti bersedekah
- Dibuatkan pintu khusus di surga
- Dicukupi kebutuhannya
- Dimudahkan segala urusan
- Wajah terlihat bercahaya
- Terlihat awet muda
- Diganjar dengan rumah di surga
- Menyehatkan jantung dan ginjal
- Sholat dhuha sebagai bentuk sedekah
- Meraih Ghanimah atau keuntungan yang lebih cepat
- Menggugurkan dosa
- Mendapat pahala haji dan umrah
Keutamaan shalat Dhuha yang lain juga disebutkan dalam hadits di bawah ini:
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ الْغَطَفَانِىِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ ».
Artinya:
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- juga menuturkan, “Hadits tersebut dapat mengandung arti jika shalat Dhuha juga dapat menjadi penyelamat pelakunya dari beragam hal yang dapat membahayakan. Dapat juga berarti jika shalat Dhuha bisa menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia juga akan dimaafkan apabila terjerumus di dalamnya. Atau artinya dapat lebih luas dari itu.”
Jumlah Rakaat Sholat Dhuha
1. Tanpa Batas
Jumlah raka’at dalam shalat Dhuha, minimalnya ialah dua raka’at sementara untuk maksimalnya yaitu tanpa batas.
Sehingga kalian dapat melaksanakannya hanya dengan dua raka’at, empat raka’at, dan seterusnya asalkan jumlah raka’atnya tetap genap.
Tetapi apabila ingin dikerjakan lebih dari dua raka’at, shalat Dhuha itu dapat dilakukan setiap dalam dua raka’at salam.
Dalil yang menyebutkan jika maksimal jumlah raka’at tidak terbatas, ialah hadits di bawah ini:
مُعَاذَةُ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – كَمْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى صَلاَةَ الضُّحَى قَالَتْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيدُ مَا شَاءَ.
Artinya:
2. Maksimal 8 Rakaat
Namun ada juga pendapat dari ulama khilaf terkait kadar maksimal rakaat shalat dhuha. Jumhur ulama berkata jika maksimal adalah delapan rakaat. Dengan didasari hadits dari Ummu Hani’ berikut inin:
أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عامَ الفتحِ صلَّى ثمانَ ركعاتٍ سُبحةَ الضُّحى
Artinya:
3. Maksimal 12 Rakaat
Rasulullah pernah bersabda:
َمَنْ صَلَّى الضُّحٰى اِثْنَتٰى عَشَرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهُ لَهُ قَصْرًا فِى الْجَنَّةِ
Artinya:
Dari hadist diatas maka diterangkan jika jumlah rakaat dalam sholat Dhuha ada sebanyak 12 rakaat. Tetapi rakaat yang berjumlah 12 rakaat itu merupakan bilangan maksimal daripada rakaat yang dikerjakan pada sholat dhuha.
12 rakaat ini dalam pengerjaannya dapat kalian kerjakan dengan setiap 2 rakaat yang diakhiri salam. Atau dapat juga dilakukan dengan langsung 4 rakaat serta adanya tasyahud awal di rakaat kedua, dan juga tasyahud akhir di rakaat keempat lalu kalian akhiri dengan salam.
Tata Cara Sholat
Tata cara pada sholat Dhuha atau rukun sholat Dhuha sama seperti sholat fardhu atau sh0lat – sholat sunnah 2 rakaat yang lain. Yang membedakan mereka adalah pada niatnya saja.
Berikut ini adalah tata cara sholat Dhuha yang terdiri atas 2 rakaat:
Rukun Rakaat Pertama
- Membaca Niat untuk Sholat Dhuha
- Membaca Takbiratul ihram dengan diikuti doa iftitah
- Membaca surat Al Fatihah
- Membaca suratan dari Al Qur’an, yang diutamakan adalah Surah Asy-Syamsi
- Lalu Ruku dengan tumakminah
- Selanjutnya lakukan gerakan Itidal
- Kemudian sujud pertama
- Duduk di antara dua sujud
- Melakukan sujud kedua
- Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat yang kedua
Rukun Rakaat kedua
- Membaca surat Al Fatihah
- Membaca suratan dari Al Qur’an, diutamakan adalah Surah Ad Dhuha
- Kemudian Ruku
- Lalu Itidal
- Berikutnya melakukan sujud pertama
- Duduk di antara dua sujud
- Lalu Sujud kedua
- Duduk Tahiyat akhir
- Dan terakhir mengucapkan Salam
Pada bagian bacaan surah selepas membaca surah Al Fatihah para ulama juga menyepakati dalam menganjurkan membaca surah Asy-Syamsi di rakaat pertama serta surah Ad Dhuha di rakaat kedua.
Tetapi juga ada yang berpendapat jika membaca surah Ad Dhuha di rakaat pertama serta surah Al Ikhlas di rakaat ke dua.
Meski demikian, tidak terdapat adanya aturan baku dalam membaca surah – surah pendek apa, sebab hal terebut kembali menyesuaikan dengan hafalan untuk orang yang sedang mengerjakannya.
Doa Niat Sholat Dhuha
1. Niat Sholat Dhuha
Seperti sholat sunnah lainnya, semua diawali dengan niat. Begitu juga ketika mau mengerjakan sholat sunnah Dhuha.
Sebelum mengerjakannya harus membaca niat doa sholat Dhuha di dalam hati saja atau dengan suara lirih dengan bacaan dibawah ini.
Bacaan:
اُصَلِّى سُنَّةَ الضَّحٰى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
“Ushollii Sunnatadh Dhuha Rok’ataini Mustaqbilal Qiblati Adaa’an Lillaahi Ta’aalaa.”
Artinya:
2. Shalat Dhuha Berjama’ah
ٍShalat dhuha juga dapat dikerjakan secara berjama’ah sesekali. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menyebutkan:
لا بأس أن يصلي الجماعة بعض النوافل جماعة ولكن لا تكون هذه سنة راتبة كلما صلوا السنة صلوها جماعة
Apabila shalat dhuha ini dikerjakan secara berjama’ah maka kalian dapat melakukan dengan bacaan doa sholat dhuha yang sirr (lirih).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz juga menyebutkan:
أما الصلاة النهارية كصلاة الضحى والرواتب وصلاة الظهر والعصر , فإن السنة فيها الإسرار
Artinya:
- Shalat sunnah yang utama merupakan shalat sunnah yang dilakukan dengan cara munfarid (sendiri) serta akan lebih utama lagi jika dilakukan di dalam rumah. Hal itu seperti sabda Nabi SAW yang berbunyi:
فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوتِكُمْ ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
- Ada shalat sunnah tertentu yang disyari’atkan dengan cara berjama’ah layaknya shalat tarawih.
- Shalat sunnah selain itu – sebagai contoh shalat Dhuha serta shalat tahajud- akan lebih diutamakan jika dikerjakan secara munfarid serta boleh dilakukan dengan cara berjama’ah tetapi tidak rutin atau tidak terus menerus, namun kadang.
- Apabila memang terdapat suatu maslahat untuk mengerjakan shalat sunnah secara berjama’ah seperti untuk mengajarkan kepada orang lain, maka akan lebih utama dilakukan dengan cara berjama’ah.
Bacaan Doa Setelah Sholat Dhuha
اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ
اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
“Allahumma innad-duhaa’a duhaa’uka wal bahaa’a bahaa’auka wal-jamaala jamaaluka wal-quwwata quwwatuka wal-qudrota qudratuka wal-‘ismata ‘ismatuka.”
“Allaahumma in kaana rizqii fis-samaa’i fa anzilhu, wa in kaana fil-ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu’assiran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu wa in kaana ba’iidan fa qarribhu bi haqqi duhaa’ika wa bahaa’ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa aataita ‘ibaadakash-shalihiin.”
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya pelaksanaan waktu Dhuha ialah waktu Dhuha -Mu, keagungan merupakan keagungan-Mu, keindahan merupakan keindahan-Mu, kekuatan merupakan kekuatan-Mu, penjagaan merupakan penjagaan-Mu”
“Ya Allah, jika rezekiku terletak di atas langit maka turunkanlah, jika terletak di dalam bumi maka keluarkanlah, jika sukar maka mudahkanlah, jika haram maka sucikanlah, jika jauh maka dekatkanlah dengan kebenaran dhuha -Mu, kekuasaan -Mu (wahai Tuhanku), datangkanlah kepadaku apa yang telah Engkau datangkan terhadap hamba – hamba -Mu yang sholeh”.
Kesimpulan
Sholat Dhuha adalah sholat yang dapat kalian lakukan di waktu selepas fajar atau terbitnya matahari hingga datangnya waktu sholat dzuhur. Yang mana amalan dari sholat dhuha ini sama dengan orang yang bersedekah dan melakukan haji serta umrah.
Untuk rakaatnya sendiri minimal adalah dua rakaat pengerjaan. Sedangkan menurut beberapa pendapat maksimal mengerjakannya ada 8, 12, dan tanpa batas.
Dan yang terakhir untuk tata cara sholat Dhuha sendiri atau rukun sholat Dhuha sama layaknya pada sholat fardhu atau sholat – sholat sunnah 2 rakaat yang lainnya. Hanya saja yang membedakannya yaitu terletak pada niatnya saja.
Tanya Jawab
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan terkait dengan sholat dhuha, antara lain:
Hukum shalat Dhuha merupakan sunnah secara mutlak dan boleh dirutinkan.
Untuk rakaatnya sendiri minimal adalah dua rakaat pengerjaan. Sedangkan menurut beberapa pendapat maksimal mengerjakannya ada 8, 12, dan tanpa batas.
Shalat Dhuha dapat dilakukan mulai dari waktu matahari meninggi sampai mendekati waktu zawal (matahari bergeser ke arah barat).
Amalan dari sholat dhuha ini sama seperti orang yang sedang bersedekah, melakukan haji dan juga umrah.
Boleh, namun tidak boleh dirutinkan.
Sangat boleh dan dianjurkan. Namun dengan catatan, jika tugas kantor sudah dilaksanakan. Sebab menunaikan tugas dari atasan merupakan hal yang wajib sementara shalat dhuha merupakan amalan yang sunnah.