Doa Iftitah

Secara bahasa, doa iftitah ini adalah pembuka atau permulaan. Atau dengan kata lain doa iftitah merupakan doa pembuka atau doa di permulaan.

Doa iftitah pada rukun shalat memang akan dibacakan di awal rakaat selepas gerakan takbiratul ihram.

Penjelasan Doa Iftitah

penjelasan doa iftitah

Jika menilik dari sejarah yang dituliskan pada suatu riwayat. Doa iftitah satu ini memang tak langsung diucapkan dari mulut Rasulullah SAW.

Pada awal ceritanya ialah saat Rasulullah SAW dan juga para sahabat akan melakukan shalat secara berjamaah.

Lalu datang seorang pria yang setelah takbiratul ihram membaca beberapa lantunan doa sebelum ia membaca surat Al – fatihah.

Suara pada saat ia membaca doa terdengar sangat lantang sampai masuk ke telinga Rasulullah SAW. Selepas melaksanakan sholat, tak mau kehilangan rasa penasaran Rasulullah SAW pun langsung bertanya siapa tadi gerangan yang melafadzkan dengan lantang doa tadi.

Rasulullah SAW pun mengagumi lafadz doa itu bahkan lafadz tersebut sampai dapat membuka pintu – pintu yang ada di langit.

Semenjak kejadian itulah, doa iftitah ini pun dijadikan sunnah yang dapat dibaca pada gerakan sholat. Serta doa iftitah juga menjadi salah satu rukun pada sholat.

Hukum Doa Iftitah

sholat

Hukum membacanya adalah sunnah. Dimana dapat dibaca ketika melaksanakan shalat wajib dan juga shalat sunnah.

Meskipun sifatnya sunnah, tetapi jika dalam shalat kalian tidak membacanya maka tidak akan sempurna.

Oleh sebab itu, beberapa orang juga menganggap doa ini adalah wajib.

Rasulullah SAW sempat bersabda jika:

“Shalat seseorang tak akan sempurna sampai ia bertakbir memuji Allah serta menyanjungnya lalu membaca Al quran yang mudah untuknya.”  (HR. Abu Daud dan Hakim)

Ada juga suatu hadist shahih dari Abu Hurairah yang berbunyi:

“Biasanya Nabi Muhammad SAW selepas ber takbiratul ihram, beliau akan diam sejenak sebelum nanti akan membaca ayat, dan akupun bertanya terhadap beliau. “Wahai Rasulullah, kutebus engkau dengan ayah dan juga ibuku, aku menjumpaimu berdiam antara takbir serta bacaan ayat. Apa yang engkau bacakan pada saat itu merupakan:… (Nabi Muhammad SAW menyebutkan doa iftitah) .”  Tak hanya itu dalam kitab Al Adzkar, Imam An Nawawi juga berkata: “Ketahuilah jika seluruh doa doa ini hukumnya adalah sunnah (Mustahabbah) baik ketika mengerjakan Shalat wajib atau Shalat Sunnah.”

Adab Membaca Doa Iftitah

adab

Adab dalam membaca doa iftitah ini berasal dari kitab Al Adzkar yang telah ditulis oleh Imam An Nawawi.

Adab ini juga di dalamnya mengandung mengenai berbagai hal yang perlu untuk diperhatikan ketika kalian melaksanakan shalat wajib atau shalat sunnah.

Berikut adalah adab doa iftitah:

  • Doa iftitah disunnahkan untuk menggabung pembacaannya dengan takbiratul ihram serta apabila menguasai beberapa versi doa iftitah, kalian juga dapat menggabungkannya.
  • Makmum masbuk, boleh saja membaca doa iftitah atau tidak. Hal tersebut didasarkan kepada kemampuan dari makmum masbuk itu sendiri. Tetapi jika makmum itu tetap diharuskan untuk membaca surah Al Fatihah.
  • Apabila kalian lupa dalam membaca doa iftitah, maka kalian tak perlu untuk melaksanakan sujud sahwi. Sebab doa iftitah ini adalah salah satu syarat sunnah.
  • Dibaca lirih serta tak mengeraskan suara ketika menjadi imam atau makmum, sama halnya dengan membaca surah Al Fatihah.
  • Apabila kalian lupa dalam membaca doa iftitah di rakaat pertama, maka kalian dapat menggantinya dengan cara membacanya di rakaat kedua.
  • Jika kalian shalat di akhir waktu, maka kalian tak perlu memakai doa iftitah.
  • Apabila kalian lupa tidak membaca doa iftitah sepanjang rakaat shalat, maka kalian tak diwajibkan untuk menggantinya dengan sujud Sahwi sebab bukan merupakan syarat wajib.
  • Doa iftitah tak perlu dibaca pada saat tengah mengerjakan sholat jenazah.

Bacaan Doa Iftitah & Artinya

Berikut ini adalah beberapa versi bacaan dari doa iftitah beserta artinya, antara lain:

1. Doa Iftitah Muhammadiyah

Doa Iftitah Muhammadiyah

Versi 1

اللَّحُمَّ بَا عِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَا يَاىَ كَمَا بَاعَدْتْ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ , اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِن الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوبُ الاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ , اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

“Allaahumma baa’id bainii wa baina khataa yaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib. Allaahumma naqqinii minal khataa yaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadu minad danas. Allaahummaghsil khataa yaaya bilmaa-i wats tsalji wal barad.”

Artinya:

“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dengan kesalahan – kesalahanku sebagaimana Engkau sudah menjauhkan antara timur dengan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari berbagai kesalahanku seperti baju putih yang telah dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah aku dari berbagai kesalahanku dengan salju, air, dan juga air dingin.”

Doa ini biasa dibaca oleh Rasulullah SAW ketika mengerjakan shalat fardhu. Doa ini merupakan doa yang paling shahih diantara doa istiftah yang lainnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).

Versi 2

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَ اتِ وَالاَرْضَ حَنِيفًا (مُسْلِمًا) وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِ كِيْنَ اِنَّصَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى الِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ شَرِ يْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِنَ اللَّهُمَّ اَنْتَالْمَلِكُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ . اَنْتَ رَبِّى وَاَنَ عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِى وَاعْتَرَ فْتُ بِذَنْبِى فَاغْفِرْ لِى ذُنُوبِى جَمِيعًا اِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ اِلاَّ اَنْتَ وَاهْدِنِى لاَحْسَنِ الاَخْلَاقِ لاَ يَهْدِى لاَحْسَنِهَا اِلاَّ اَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا اِلاَّ اَنّتَ لبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ اِلَيْكَ اَنَا بِكَ ؤَاِلَيْكَ تَبَارَ كْتَ وَتَعَا لَيْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوبُ اِلَيْكَ

“Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaatii wal ardha haniifan (musliman) wa maa ana minal musyrikiin. Inna shalaati wa nusukii wa mahyaaya wa mamaati lillahiihi rabbil ‘aalamiin. Laa syariikalahuu wa bidzaalika umirtu wa ana awwalul muslimiin.

Allaahumma antal maliku laailaaha illaa anta, anta rabbii wa ana ‘abduka dhalamtu nafsii wa’taraftu bidzambii fagh firlii dzunuubii jamii’an. Laa yagh firudz dzunuuba illaa anta, wah diniiliahsanil akhlaaqi laa yahdil liahsanihaa illaa anta.

Washrif ‘annii sayyiahaa laa yashrifu ‘annii sayyiahaa illaa anta. Labbaika wa sa’daika wal khairu kulluhuu fii yadaika, wasysyarru laisa ilaika. Ana bika wa ilaika. Tabaarakta wa ta’aalaita astaghfiruka wa atuubu ilaik.”

Artinya:

“Ya Allah, Engkau merupakan raja tiada Tuhan yang patut untuk disembah selain Engkau, Engkau merupakan Tuhan serta aku adalah hamba -Mu. Aku menganiaya diriku, aku mengakui dosaku. Oleh sebab itu ampunilah dosaku, sesungguhnya tak akan ada yang bisa mengampuni dosa selain Engkau.

Tunjukkan kepadaku akhlak yang baik, sebab tak akan (ada) yang dapat menuntunku kepadanya selain Engkau. Hindarkan aku dari akhlak yang jahat, sebab tak akan ada yang dapat menjauhkan aku daripadanya selain Engkau. Aku penuhi semua panggilan -Mu dengan rasa senang seluruh kebaikan pada kedua tangan -Mu serta kejelekan tak dinisbahkan terhadap -Mu.

Aku hidup dengan pertolongan serta rahmatmu dan juga kepada Mu aku akan kembali. Maha Suci Engkau serta Maha Tinggi. Aku memohon ampun serta bertaubat kepada Mu.”

Doa iftitah diatas didasarkan dalam hadits shahih oleh Imam Muslim. Yang mana Rasulullah terkadang membacanya pada saat tengah mengerjakan shalat wajib. Namun beliau lebih sering membacanya ketika tengah menjalankan shalat sunnah.

2. Doa iftitah NU

Doa iftitah NU

A. Pertama

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Allahuakbar kabiiro, walhamdulillahikasiro, wasubhanallahibukrotawa asyiilaa:

Artinya:

“Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang sangat banyak, Maha Suci Allah, baik pada waktu pagi dan juga petang” (HR. Muslim 2/99).

Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiallahu’anhu, yang berbunyi:

بينما نحن نصلي مع رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ إذ قال رجل من القوم: … فذكره. فقال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” عجبت لها! فتحت لها أبواب السماء “. قال ابن عمر: فما تركتهن منذ سمعت رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول ذلك

Artinya:

“Pada saat kami telah shalat bersama Rasulullah SAW, terdapat seorang lelaki yang sedang berdoa iftitah: (kemudian disebutkan doa di atas). Rasulullah SAW kemudian bersabda: ‘Aku heran, dibukakan untuknya pintu -pintu langit‘. Ibnu Umar juga berkata: ’Aku tak pernah meninggalkan doa ini sejak beliau berkata seperti itu’”.

B. Kedua

اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَ اتِ وَالْاَرْضَ حَنِيفًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِ كِيْنَ اِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَهْيَايَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَ اَنَا اَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Innii wajjahtu wajhiya lil ladzii fathoros samaawaati wal ardho haniifam mushlimaw wamaa ana minal musyrikiin, innaa sholaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillahirabbil aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimin.”

Artinya:

“Sesungguhnya aku hadapkan wajahku terhadap Allah yang sudah menciptakan langit dan juga bumi dalam kondisi yang tunduk serta aku bukanlah dari golongan orang – orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sesembelihanku, hidupku serta matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak terdapat sekutu untuk -Nya. Serta dengan yang begitu aku diperintahkan. Serta aku merupakan orang yang pertama dalam berserah diri.”

Kedua bacaan di atas (A dan B) biasanya digabung.

3. Doa Iftitah saat Tahajud

Doa Iftitah saat Tahajud

A. Pertama

اَللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيْلَ، وَمِيْكَائِيْلَ، وَإِسْرَافِيْلَ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ،
أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ.

اِهْدِنِيْ لِمَا اخْتُلِفَ فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِيْ مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ

“Allaahumma rabba jibroo-iil, wa miikaa-iil, wa isroofiil. Faathiros-samaawaati wal ardh. ‘Aalimal ghoibi wasy-syahaadati. Anta tahkumu baina ‘ibaadika fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuun.”

“Ihdinii limakhtulifa fiihi minal haqqi bi-idznik. Innaka tahdii man tasyaa-u ilaa shirootim-mustaqiim.”

Artinya:

“Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail dan juga Israfil. Wahai Pencipta langit serta bumi. Wahai Tuhan yang paham mengenai hal ghaib serta nyata. Engkau yang memberikan hukum (untuk memutuskan) di antara hamba – hamba Mu mengenai apa yang telah mereka (orang – orang kristen serta yahudi) perselisihkan.”

“Tunjukkanlah kepadaku kepada fakta dari apa yang ditentang atas seizin -Mu. Sesungguhnya Engkau adalah petunjuk di jalan yang lurus untuk orang – orang yang telah Engkau kehendaki.” (HR. Muslim 1/534).

B. Kedua

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ. أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ.

وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ.

وَلَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ.

اَللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ.

فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ. أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ. لاَ إِلَـٰهَ إِلَّا أَنْتَ

“Allaahumma lakal hamdu. Anta qoyyimus-samaawaati wal ardhi wa man fiihinn. Wa lakal hamdu laka mulkus-samaawaati wal ardhi wa man fiihinn.

Wa lakal hamdu anta nuurus-samaawaati wal ardhi wa man fiihinn. Wa lakal hamdu anta malikus-samaawaati wal ardh.

Wa lakal hamdu, antal haqq, wa wa’dukal haqq, wa liqoo-ukal haqq, wa qouluka haqq, wal jannatu haqq, wan-naaru haqq, wan-nabiyyuuna haqq, wa muhammadun shollallaahu ‘alaihi wa sallama haqq, was-saa’atu haqq.

Allaahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khooshomtu, wa ilaika haakamtu.

Faghfir lii maa qoddamtu wa maa akh-khortu, wa maa asrortu wa maa a’lantu. Antal muqoddimu wa antal mu-akh-khiru. Laa ilaaha illaa anta.”

Artinya:

“Ya Allah, untuk Mu segala puji. Engkau pemelihara langit serta bumi dan juga beserta yang ada di dalamnya. Untuk Mu segala puji, untuk Mu kerajaan langit serta bumi beserta yang ada di dalamnya.

Untuk Mu segala puji, Engkau cahaya langit serta bumi beserta yang ada di dalamnya. Untuk Mu segala puji, Engkau merupakan penguasa langit dan juga bumi.

Untuk Mu segala puji, Engkau maha benar, janji Mu benar, pertemuan bersama Mu merupakan hal yang benar, firman Mu adalah hal benar, adanya Surga merupakan hal yang benar, adanya Neraka merupakan hal yang benar, adanya para nabi merupakan kebenaran, nabi Muhammad merupakan benar, adanya Kiamat merupakan hal yang benar.

Ya Allah, terhadap Mu aku berserah diri, terhadap Mu aku beriman, terhadap Mu aku bertawakal, terhadap Mu aku bertaubat, terhadap Mu aku mengadu, terhadap Mu aku berhukum.

Maka ampunilah dosaku yang sudah lampau serta yang akan datang, yang aku lakukan sembunyi – sembunyi maupun secara terang – terangan. Engkaulah Al Muqoddim (Dzat yang Terdahulu) serta Al Muakhir (Dzat yang Paling Akhir). Tidak terdapat sesembahan yang berhak untuk disembah selain Engkau.” (HR. Bukhari 2/3, 2/4, 11/99, 13/366-367, 13/399, Muslim 2/184).

Doa iftitah A & B sering dibaca oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pada saat mengerjakan shalat malam. Tetapi tetap masyru’ juga dibaca ketika shalat wajib serta shalat yang lain.

C. Ketiga

(× 3) سبحانك اللهم وبحمدك، وتبارك اسمك، وتعالى جدك، ولا إله غيرك، لا إله إلا الله (3 ×)، الله أكبر كبيرا

“Subhaanakallaahumma wa bihamdika, wa tabaarokasmuka, wa ta’aalaa jadduka, wa laa ilaaha ghairuka. Laa ilaaha illallaah (3x). Allaahu akbar kabiiroo (3x).”

Artinya:

“Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji Mu, Maha Berkah akan nama -Mu, Maha Tinggi kekayaan serta kebesaran Mu, tak terdapat sesembahan lain yang berhak untuk disembah selain Engkau. Tidak terdapat sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah (3x). Allah Maha Besar (3x).” (HR. Abu Dawud no. 775 dari Abu Sa’id Al-Khudri. Dishahihkan dalam Shahih Abi Dawud).
Baca juga: Doa Qunut

4. Doa Iftitah Pendek

pendek

Berikut ini adalah beberapa doa iftitah pendek, antara lain:

Versi 1

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُباَرَ كًا فِيهِ

“Alhamdulillahi hamdan kasiiran tayyiban mubaarokan fiihi.”

Artinya:

“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik serta penuh berkah.”

Doa iftitah satu ini diriwayatkan oleh Imam Muslim yang mana adalah doa oleh sahabat nabi, lalu Rasulullah bersabda 12 malaikat berebut untuk mencatat amalan dari doa ini.

Hadits di atas diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, pada saat terdapat seorang lelaki yang membaca doa istiftah itu, Rasulullah SAW bersabda:

لقد رأيت اثني عشر ملكاً يبتدرونها ؛ أيهم يرفعها

Artinya:

“Aku melihat ada dua belas malaikat yang bersegera menuju kepadanya. Mereka saling berlomba untuk mengangkat doa tersebut (kepada Allah Ta’ala)”.

Versi 2

اللَّهُ أَكْبَرُ [ثلاثاً] ، ذُو الْمَلَكُوتِ، وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ

“allah ‘akbar [thlathaan] , dhu almalakuti, waljabarut walkibria’ waleazama”

Artinya:

“Allah Maha Besar” 3x, yang mempunyai kerajaan besar, kekuasaan, kebesaran, serta keagungan” (HR. Ath Thayalisi 56, Al Baihaqi 2/121 – 122).

Versi 3

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

“subhanak allahuma wabihamdik tabarak asmuk wataealaa jaduk wala ‘iilah ghayruk”

Artinya:

“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama -Mu dengan cara memuji -Mu. Nama -Mu adalah penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tak ilah yang berhak untuk disembah selain Engkau”.

(HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri, dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252).

Doa di atas diriwayatkan oleh sahabat lain secara marfu’, yakni dari ‘Aisyah, Anas bin Malik dan Jabir  Radhiallahu’anhum.

Bahkan Imam Muslim juga membawakan suatu riwayat yang berbunyi:

أن عمر بن الخطاب كان يجهر بهؤلاء الكلمات يقول : سبحانك اللهم وبحمدك . تبارك اسمك وتعالى جدك . ولا إله غيرك

Artinya:

“Umar bin Khattab pernah menjaharkan doa ini (ketika shalat) : (kemudian menyebut doa di atas)” (HR. Muslim no.399).

Demikianlah, doa satu ini banyak sekali diamalkan oleh para sahabat Nabi, sehingga para ulama juga banyak yang lebih senang dalam mengamalkan doa satu ini pada shalatnya.

Tak hanya itu saja, doa ini juga cukup singkat serta cocok untuk imam yang mengimami banyak orang yang kondisinya lemah, seperti anak – anak dan juga orang tua.

5. Doa Iftitah Panjang

panjang

10 x الله اكبر

10 x الحمد لله

10 x لا اله الا الله

10 x استغفر الله

10 x اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ،وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي

10 x اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ

“10 x allah ‘akbar
10 x alhamd lilah
10 x la alh ‘iilaa allah
10 x astaghfir allah
10 x allhuma aghfir li, wahdini, warzuqni waeafini
10 x allhuma ‘iiniy’ aeudh bik min aldiyq yawm alhisab”

Artinya:

  • “Allah Maha Besar” 10x
  • “Segala pujian bagi Allah” 10x
  • “Tiada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah” 10x
  • “Hamba memohon ampun terhadap Allah” 10x
  • “Ya Allah, ampunilah hamba, berilah hamba petunjuk, berilah hamba rizki, serta berilah hamba kesehatan” 10x
  • “Ya Allah, hamba berlindung dari kesempitan di hari kiamat” 10x

(HR. Ahmad 6/143, Ath Thabrani dalam Al Ausath 62/2. Dihasankan Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/267).

Keutamaan Membaca Doa Iftitah

Berikut ini adalah beberapa keutamaan dari membaca doa iftitah, antara lain:

  • Bentuk pujian kepada Allah SWT.
  • Bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT.
  • Permohonan ampunan.
  • Wujud penghambaan Diri.
  • Mendapatkan pahala amalan sunnah.
  • Diangkatnya doa oleh para malaikat.
  • Dibukanya pintu langit.

Kesimpulan

Ada beberapa versi dari doa iftitah. Walaupun tak termasuk ke dalam rukun maupun syarat sah shalat. Doa iftitah adalah amalan sunnah yang amat dianjurkan untuk dikerjakan sebagai penyempurna gerakan sholat.

Photo of author

Ahmad

Pemuda yang senang belajar dan berbagi dengan sesama

Tinggalkan komentar